Jumat, 18 April 2008

Mengapa Kita BERGOSIP?

Begitu mudahnya mencari kesalahan orang lain, dan betapa sulitnya berkaca diri.Seperti kata pepatah "GAJAH dipelupuk mata tak tampak, namun KUMAN diseberang lautan tampak jelas". pepatah ini amat tepat menggambarkan kehidupan bergosip yang terjadi dalam aktivitas kita sehari-hari. Apabila didefinisikan GOSIP adalah seni mengatakan kekosongan dengan cara yang membuat segalanya praktis terucapkan. Selain itu juga, GOSIP bagaikan peluru yang ditembakkan, sekali anda mendengar bunyinya, maka anda tak bisa mengambilnya kembali. Sehingga seorang budayawan mengatakan bahwa GOSIP merupakan sebuah bentuk konspirasi iblis.

Ada suatu dongeng cerita rakyat yang menggambarkan kekejian sebuah GOSIP. Dalam dongeng tersebut diceritakan bahwa, pada abad 19 ada seorang pria yang menghina pria bijak di kota tersebut. Suatu hari, ia pergi ke rumah pria bijak tadi untuk meminta maaf. Pria bijak ini, menyadari bahwa pria tersebut belum menyelami keseriusan pelanggarannya, maka dia memberi tahunya bahwa ia akan memaafkannya dengan satu syarat : bahwa ia disuruh pulang kerumah, mengambil sebuah bantal bulu dari rumahnya, menyayatnya, menyerakkan bulu-bulu itu ke udara, dan setelah selesai diminta kembali ke rumah pria bijak tersebut.

Meski bingung oleh permintaan aneh ini, pria itu bahagia karena dibiarkan lolos dengan penebusan dosa semudah itu. Cepat-cepat ia menyayatnya, menyerakkan bulu-bulu itu, dan kembali ke rumah si pria bijak tadi.

"Apakah sekarang aku dimaafkan?" tanyanya.

"Satu hal lagi", jawab si pria bijak. "Pergilah sekarang dan kumpulkan semua bulu-bulu itu"

"Tetapi itu mustahil. Angin sudah menyebarkannya."

"Tepat sekali," jawab pria bijak, "dan sama-sama mustahil untuk memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh kata-katamu (gosip) seperti mengambil kembali bulu-bulu tersebut. kata-katamu sudah tersebar kemana-mana, menebar kebencian, menyemai kedengkian dan amarah, bahkan saat kita bicara."



Alangkah naifnya bahwa kita sebagai manusia amat cepat mempercayai keburukan yang dikatakan orang lain tentang seseorang dan juga begitu cepat menerima "berita" yang terkandung dalam bentuk cetakan maksiat, serta siap menduga yang terburuknya tentang tindakan orang lain yang belum tentu benar. Memang luar biasa bahwa, sepertinya kita tak bisa langsung menerima dengan tegas, bahwa gosip yang kita lontarkan bisa dan seringkali mengakibatkan kerusakan hubungan persahabatan serta penghinaan yang bisa berlanjut seumur hidup dan mencabik-cabik kepercayaan orang tersebut.

Cara bicara keji (gosip) yang kita lontarkan selain bisa menghancurkan persahabatan juga akan meruntuhkan nilai religius,merusak lingkungan bisnis, organisasi, institusi, dewan komunitas, persekutuan dan lain-lainya. Jadi, mengapa kita melakukannya?. Jika anda mempertimbangkan alasan di balik cara bicara keji. Anda akan segera menyadari bahwa sumbernya terletak dalam rasionalisasi yang sangat tidak sehat dan termasuk dalam daftar berikut ini :

1. Jika aku menginjak-injak orang lain...entah bagaimana aku merasa "diatas angin". Semakin buruk gambaranku akan kehidupan orang lain, semakin baik tampaknya kehidupanku. Anda pikir mengapa manusia senang menonton opera sabun?. Ada imbalan psikologis untuk melihat orang-orang yang memiliki kehidupan kacau-balau. Entah bagaimana, hal itu memberikan kita ilusi bahwa kehidupan kita sendiri tidak seburuk itu.

2. Saat aku bergosip, aku populer, dan aku mendapatkan perhatian semua orang. Semua mata terpaku padaku dan sekarang aku merasa seperti seorang yang hebat (tetapi dengan mengorbankan orang lain). Anda mungkin merasa populer saat itu, tetapi tentunya anda bukan orang yang akan dipercayai dan dihormati orang lain.

3. Kehidupan ini membosankan. GOSIP menjadikannya hal tersebut menjadi lebih menarik dengan cara membicarakan orang lain untuk mengatasi kekosongan kita sendiri. Amat menyedihkan jika kita merusak kehidupan orang lain dan bahagia diatas penderitaan orang lain.

Alasan mengapa manusia berbicara secara destruktif, merupakan daftar panjang yang tidak perlu dibahas, akan tetapi jelas-jelas bahwa alasan-alasan tersebut berasal dari orang yang memiliki jiwa yang sangat buruk yang bernama AIDS (arogan, iri, dengki dan sirik) serta mempunyai perasaan dan pikiran yang tidak sehat.



Seorang psikolog mengatakan bahwa berbicara buruk tentang orang lain adalah suatu bentuk PROYEKSI DIRI. Apa yang tidak anda sukai tentang diri anda sendiri, cenderung anda tunjukkan dalam diri orang lain. Sadarilah hal ini, dan segera....apa yang secara pribadi perlu anda perbaiki, akan menjadi jelas. Supaya anda bisa hidup di lingkungan bebas gosip dan dapat memadamkan api dari kata-kata keji yang pernah anda lontarkan.

Ingat! manusia bisa berubah. Informasi tentang masa lalu seseorang yang tak lagi berlaku baginya tidak perlu dibagikan. berhati-hatilah dan berkonsultasilah dengan seseorang yang lebih mengenal hukum cara bicara supaya anda bisa mengambil pilihan yang tepat. Sekali lagi,jika ragu....jangan katakan. Anda selalu bisa mengatakannya nanti, jika nada yakin itu bukan GOSIP. Sekali anda mengucapkannya dan anda sudah menebaknya, maka ucapan itu seperti bulu-bulu yang di terpa angin. Anda boleh coba mengambilnya kembali.

Sebagaimana yang dikatakan pepatah, anda menerima apa yang anda berikan, jadi bantulah diri anda dan jangan berkecil hati oleh kesalahan kecil, tetapi sebaliknya bangunlah kesuksesan kecil, satu per satu.
___________
Tata Sutabri S.Kom, MM -- Deputy Chairman of STMIK INTI INDONESIA, Pemerhati Dunia Pendidikan TI, Jl. Arjuna Utara No.35 – Duri Kepa Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510 Telp. 5654969, e-mail : tata.sutabri@inti.ac.id .

Tidak ada komentar: